Tag Archives: kesembuhan ilahi

KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Penjelasan dan Dasar-dasar Alkitab

1. Pertanyaan-pertanyaan tentang karunia-karunia Roh secara umum.

Dalam generasi-generasi sebelumnya, buku-buku teologi sistematis tidak mempunyai bab-bab tentang karunia Roh, karena saat itu hanya sedikit pertanyaan-pertanyaan tentang sifat dan kegunaan karunia-karunia Roh di gereja. Tetapi abad ke-20 sudah melihat peningkatan minat yang luar biasa akan karunia-karunia Roh, terutama karena pengaruh gerakan-gerakan Pentakosta dan Karismatik dalam gereja. Dalam bab ini kita akan melihat pertama-tama pada beberapa pertanyaan umum tentang karunia-karunia Roh. Lalu memeriksa pertanyaan khusus apakah beberapa karunia-karunia (yang ajaib) sudah berhenti. Dalam bab berikutnya kita akan menganalisa pengajaran.

Sebelum memulai diskusi, meskipun begitu, kita akan mendefinisikan karunia-karunia Roh sebagai berikut: Karunia Roh adalah setiap kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus dan digunakan dalam beberapa pelayanan di gereja. Definisi luas ini termasuk karunia yang berhubungan dengan kemampuan alami (seperti pengajaran, menunjukan kemurahan hati atau administrasi) dan karunia yang tampaknya lebih ajaib dan kurang berhubungan dengan kemampuan alami (seperti nubuatan, penyembuhan atau membeda-bedakan roh) alasan untuk ini adalah ketika Paulus menuliskan tentang karunia-karunia roh (dalam Roma 12:6-8; 1 Kor 7:7; 12:8-10, 28, dan Ef 4:11). Dia memasukkan kedua jenis karunia ini . Namun tidak setiap kemampuan alami yang dimiliki orang ada di sini karena Paulus cukup jelas bahwa semua karunia Roh harus diberikan oleh “Roh yang satu dan sama” (1 Kor 12:11) bahwa karunia-karunia diberikan untuk kebaikan-kebaikan bersama (1 Kor 12:7) dan bahwa mereka semua akan dipakai untuk kemajuan rohani (1 Kor 14:26) atau untuk membangun gereja.

 

1. Karunia-karunia Roh dalam sejarah penebusan.

Tentu saja Roh Kudus bekerja dalam Perjanjian Lama, membawa orang-orang pada kepercayaan dan bekerja dengan cara yang luar biasa dalam beberapa individu seperti Musa atau Samuel, Daud atau Elia. Tetapi pada umumnya hanya ada kegiatan yang sedikit dari Roh Kudus pada kehidupan umat yang percaya pada umumnya. Hanya ada sedikit penginjilan yang efektif dari bangsa-bangsa, tidak ada pengusiran setan, penyembuhan yang ajaib tidak biasa (walaupun tidak terjadi, terutama pada masa Elia atau Elisa), nubuatan terbatas pada beberapa nabi atau sekelompok kecil nabi dan hanya ada sedikit pengalaman akan apa yang oleh penganut dalam PB disebut kebangkitan kuasa atas dosa, dalam Roma 6:1-14, dan Filipi 3:10.

Pencurahan Roh Kudus dalam pemenuhan janji baru dan kekuatan dalam gereja yang terjadi pada Pentakosta. Dengan ini baru dalam sejarah penebusan dibuka dan pemberian kuasa perjanjian baru dari Roh Kudus yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama (Yoel 2:28-29) sudah datang pada umat Tuhan; masa Perjanjian Baru sudah dimulai dan satu sifat dari era baru ini adalah suatu pembagian karunia Roh yang meluas bagi semua orang yang dibuat menjadi bagian dari Perjanjian Baru ini anak laki-laki dan perempuan, orang tua dan muda, hamba laki-laki dan perempuan, semua menerima pemberian kuasa Perjanjian Baru dari Roh Kudus dan itu akan juga diharapkan bahwa semua akan menerima karunia Roh Kudus juga kemudian.

 

2. Tujuan karunia-karunia Roh Kudus pada masa Perjanjian Baru.

Karunia Roh Kudus diberikan untuk membekali gereja untuk melaksanakan penginjilannya sampai Kristus datang lagi. Paulus mengatakan pada umat di Korintus: “kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:7). Di sini dia menghubungkan pemilikan karunia Roh dan situasi mereka dalam sejarah penebusan (menunggu kedatangan Yesus) menunjukkan bahwa karunia-karunia diberikan kepada gereja selama periode antara kebangkitan Yesus dan kedatangan kembali-Nya (Second Coming). Mirip dengan itu, Paulus menunggu kedatangan kembali-Nya Yesus dan berkata “Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap” (1 Kor 13:10) menunjukkan juga bahwa karunia-karunia yang tidak sempurna ini akan bekerja sampai Kristus kembali, ketika mereka akan digantikan oleh sesuatu yang jauh lebih besar? Benar, pencurahan Roh Kudus dalam kekuasaan pada Pentakosta (Kis 1:8) adalah untuk membekali gereja untuk menyebarkan Kabar Baik. Sesuatu yang akan berlangsung hingga kedatangan Kristus kembali nanti. Dan Paulus memperingatkan kaum percaya bahwa pemakaian karunia-karunia Roh mereka harus berusaha keras untuk terutama membangun gereja (1 Kor 14:12).

Tetapi karunia Roh tidak hanya melengkapi gereja selama ini sampai kedatangan Kristus kembali, mereka juga memberi contoh tentang masa yang akan datang. Paulus mengingatkan orang-orang di Korintus bahwa mereka diperkaya dalam semua tutur kata mereka dan semua pengetahuan mereka dan bahwa hasil dari “diperkaya” ini adalah bahwa mereka tidak kekurangan dalam setiap karunia Roh (1 Kor 1:5,7). Seperti Roh Kudus sendiri pada masa ini adalah “uang panjar”, dari karya Roh Kudus yang lebih penuh dalam diri kita dalam masa yang akan datang, maka karunia-karunia yang diberikan Roh Kudus kepada kita adalah contoh dari karya Roh Kudus yang lebih penuh yang akan jadi milik kita di masa yang akan datang.

Dengan cara ini, karunia-karunia pengetahuan dan penglihatan untuk melihat apa yang akan terjadi memiliki kepekaan yang jauh lebih besar yang akan kita punyai sebelum Kristus datang lagi. Karunia pengetahuan dan hikmat jauh lebih besar dari kebijaksanaan yang akan menjadi milik kita sebelum kita “tahu sebagaimana yang kita ketahui” (1 Kor 13:12). Karunia penyembuhan memberi contoh kesehatan sempurna yang akan jadi milik kita sebelum Kristus memberi kita kebangkitan tubuh. Paralel-paralel yang sama dapat ditemukan dengan semua karunia-karunia Perjanjian Baru. Bahkan perbedaan-perbedaan karunia akan membawa kesatuan dan saling ketergantungan dalam gereja (1 Kor 12:12-13; 24-25; Ef 4:13) dan perbedaan dalam kesatuan ini akan merupakan suatu contoh kesatuan yang akan dimiliki umat di sorga.

 

  1. Ada berapa banyak karunia-karunia?
Efesus 4:11(1) Rasul

(2) Nabi

14. Penginjil

15. Gembala-pengajar

 

Roma 12:6-8

(2) Bernubuat

16. Melayani

(3) Mengajar

17. Menasehati

18. Membagi-bagikan sesuatu

19. Memberi pinjaman

20. Menunjukan kemurahan

 

1 Korintus 7:7

21. Pernikahan

22. Selibat

 

1 Petrus 4:11

Siapapun yang berbicara (meliputi beberapa   karunia)

Siapapun yang melayani (meliputi beberapa karunia).

 

Surat-surat Perjanjian Baru mencatat karunia-karunia tertentu dalam 6 bacaan-bacaan yang berbeda. Lihat tabel berikut:

1 Korintus 12:28

  1. Rasul
  2. Nabi
  3. Pengajar
  4. Mukjizat-mukjizat
  5. Macam-macam penyembuhan
  6. Melayani
  7. Memimpin
  8. Bahasa Roh

 

1 Korintus 12:8-10

  1. Berkata dengan hikmat
  2. Berkata dengan pengetahuan
  3. Iman

(5)   Karunia penyembuhan

(4)   Kuasa mengadakan mukjizat

(2)   Bernubuat

12. Membedakan bermacam-macam roh

(8) Bahasa roh

  1. Menafsirkan

 

 

Apa yang jelas adalah bahwa daftar-daftar ini cukup berbeda. Tak satu daftar pun punya semua karunia-karunia ini dan tidak ada karunia yang disebut dalam seluruh daftar-daftar kenyataannya, 1 Korintus 7:7 menyebut dua karunia yang tidak ada pada daftar lain, dalam konteks pembicaraan perkawinan dan selibat. Paulus berkata, “ masing-masing mempunyai karunia-karunia khususnya sendiri, seseorang satu jenis dan orang lain dengan jenis lain”.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Paulus tidak mencoba membentuk daftar karunia yang panjang ketika menyebutkan karunia-karunia yang ia sebutkan. Walaupun kadang-kadang ada indikasi suatu urutan (ia menyebutkan rasul pertama, nabi kedua dan pengajar ketiga tetapi bahasa roh terakhir dalam 1 Kor 12:28). Tampaknya secara umum, Paulus hampir secara acak mendaftar seri contoh karunia-karunia yang berbeda sesuai timbulnya dalam pikirannya. Lebih lagi ada sedikit tingkat overlap (tumpang tindih) di antara karunia-karunia yang terdaftar pada berbagai tempat. Tak ragu lagi karunia kepemimpinan (Roma 12:8) dan kedua istilah dapat diterapkan bagi kebanyakan yang mempunyai jabatan gembala-pengajar (Ef 4:11). Lebih lagi, dalam beberapa kasus, Paulus mendaftar suatu aktifitas dan di kasus lain mendaftar kata benda yang berkaitan yang menggambarkan orang tersebut (seperti pada Roma 12:6 kenabian dan 1 Kor 12:10; tetapi nabi dalam 1 Kor 12:28 dan Ef 4:11)

Ada berapa banyak karuniakah? Tergantung pada seberapa spesifik kita harapkan kita bisa membuat daftar yang sangat singkat seperti yang dilakukan Petrus yaitu hanya 2 karunia. Pada 1 Petrus 4:11. “Siapapun yang berbicara “ dan “Siapapun yang melayani”. Dalam daftar ini hanya 2 hal yang disebut Petrus tetapi mencakup semua karunia dalam daftar yang lain karena semua itu masuk dalam salah satu dari dua kategori ini. Klasifikasi karunia yang lain termasuk karunia pengetahuan (seperti membedakan roh, perkataan hikmat dan pengetahuan), karunia kekuatan (seperti penyembuhan, keajaiban dan iman) dan karunia berkata-kata (bahasa roh, penafsiran, dan kenabian). Lalu kita dapat lagi membuat daftar yang lebih panjang lagi, seperti daftar 22 karunia yang dibahas di atas.

Intinya adalah hanya untuk mengatakan bahwa Tuhan memberi gerejaNya berbagai karunia Roh yang menakjubkan dan karunia-karunia itu adalah tanda dari keagunganNya yang banyak dan beragam. Nyatanya Petrus berkata:”layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10; kata bervariasi ini adalah poikilos yang artinya mempunyai banyak faset atau aspek, mempunyai banyak perbedaan).

Hasil praktis dari diskusi ini adalah kita sebaiknya mau mengenali dan menghargai orang yang mempunyai karunia yang berbeda dengan kita dan yang karunianya mungkin berbeda dengan pengharapan kita tentang bagaimana suatu karunia itu. Lebih lagi, gereja yang sehat akan mempunyai banyak karunia yang berbeda dan perbedaan ini sebaiknya tidak membawa perpecahan tetapi kesatuan yang lebih besar antar umat di gereja. Inti dari analogi Paulus tentang tubuh dengan banyak anggota (1 Kor 12:12-26) adalah untuk mengatakan bahwa Tuhan sudah meletakkan kita dalam tubuh dengan perbedaan-perbedaan ini sehingga kita boleh saling bergantung. “mata tidak dapat berkata pada tangan, saya tidak membutuhkan engkau, tidak juga kepada kaki, saya tidak membutuhkan engkau”. Sebaliknya, bagian-bagian tubuh yang tampaknya lebih lemah tidak dapat dipisahkan (1 Kor 12:21-22).

 

4. Karunia-karunia Roh memiliki kekuatan yang beragam. Paulus berkata jika kita punya karunia kenabian, kita harus memakainya sebanding dengan kepercayaan kita (Roma 12:6) Ini menunjukkan bahwa karunia dapat berkembang dengan kekuatan yang berbeda dalam individu yang berbeda, atau dalam individu yang sama untuk suatu waktu yang berbeda. Inilah sebabnya mengapa Paulus dapat mengingatkan Timotius “Jangan mengabaikan karunia yang ada padamu” (1 Tim 4:14) dan dapat berkata “Aku mengingatkan kamu untuk mengobarkan karunia Tuhan yang ada dalam dirimu” (2 Timotius 1:6). Jadi mungkin bagi Timotius untuk membuat karunianya melemah, tampaknya melalui penggunaan yang jarang dan Paulus mengingatkan dia untuk mengendalikannya dengan menggunakannya dan karenanya akan dikuatkan. Ini mestinya tidak mengejutkan, karena kita menyadari bahwa banyak karunia meningkat dalam kekuatan dan efektifitasnya karena karunia-karunia itu dipakai, entah penginjilan, pengajaran, menasehati, mengatur atau karunia iman.

Teks-teks semacam ini menunjukkan bahwa karunia-karunia Roh bisa berbagai macam kekuatannya. Jika kita berpikir tentang karunia apapun, entah pengajaran atau penginjilan di satu pihak, atau kenabian atau penyembuhan di pihak lain, kita harus menyadari bahwa dalam jemaat apapun tampaknya akan ada orang-orang yang sangat efektif dalam memakai karunia itu, mungkin melalui pemakaian yang panjang dan pengalaman, mereka yang lumayan kuat dalam memakai karunia itu, dan mereka yang mungkin mempunyai karunia, tetapi baru mulai memakainya. Variasi kekuatan dalam karunia Roh tergantung pada kombinasi pengaruh Ketuhanan dan manusia. Pengaruh Ketuhanan adalah karya kuasa Roh Kudus karena dia membagi adil setiap individu sesuai kehendakNya” (1 Kor 12:11). Pengaruh manusia datang dari pengalaman, pelatihan, kebijakan dan kemampuan alami untuk memakai karunia itu. Biasanya tidak mungkin untuk mengetahui dalam proporsi apa pengaruh Ketuhanan dan manusia bercampur dalam suatu waktu, juga tidak perlu mengetahui, karena bahkan kemampuan yang kita anggap “biasa” adalah dari Tuhan (1 Kor 4:7) dan berada di bawah kontrol kuasaNya.

Tetapi ini membawa ke sebuah pertanyaan menarik : seberapa kuat kemampuan dapat disebut karunia Roh? Seberapa banyak kecakapan mengajar yang diperlukan seseorang sebelum ia di katakan mempunyai karunia mengajar, misalnya? Atau seberapa efektif dalam penginjilan yang diperlukan orang sebelum kita mengenali karunia penginjilan? Atau seberapa sering seseorang harus melihat doa-doa penyembuhan dijawab sebelum dia dikatakan mempunyai karunia penyembuhan?

Alkitab tidak secara langsung menjawab pertanyaan ini, tetapi fakta bahwa Paulus berbicara tentang karunia-karunia ini karena berguna untuk membangun gereja (1 Kor 14:12); dan fakta bahwa Petrus juga berkata bahwa masing-masing orang yang sudah menerima suatu karunia sebaiknya ingat untuk menggunakannya “untuk orang lain”. (1 Petrus 4:10) menunjukkan bahwa Paulus dan Petrus berpikir tentang karunia-karunia sebagai kemampuan yang cukup kuat untuk berguna bagi keuntungan gereja, baik untuk jemaat yang berkumpul (seperti dalam kenabian atau pengajaran) atau untuk individu-individu pada berbagai kesempatan di jemaat (seperti memberi bantuan atau nasehat). Mungkin tidak ada garis pasti yang dapat ditarik dalam hal ini, tetapi Paulus memperingatkan kita bahwa tidak semua orang mempunyai setiap karunia atau satu karunia. Dia cukup jelas dalam hal ini dalam satu set pertanyaan yang mengharap jawaban “tidak” pada masing-masing poin: “Apakah semuanya rasul? Apakah semuanya nabi-nabi? Apakah semuanya semuanya guru? Apakah semuanya melakukan keajaiban? Apakah semuanya mempunyai karunia menyembuhkan? Apakah semuanya berbicara dengan bahasa roh? Apakah semuanya mempunyai karunia menafsirkan?

Teks bahasa Yunani (dengan partikel me sebelum masing-masing pertanyaan) jelas-jelas mengharapkan jawaban “tidak” terhadap tiap pertanyaan. Karenanya tidak seluruhnya adalah guru, contohnya, juga tidak semuanya mempunyai karunia menyembuhkan, tidak juga semuanya bisa “berbahasa roh.” Khusus mengenai ‘bahasa roh” dalam bahasa Yunani bahasa lidah, speaks of tongue adalah glossa lalea memiliki perbedaan penafsiran dalam konteks yang berbeda. Bahasa roh (bahasa lidah) dalam 1 Korintus 12:28 yang dimaksud, berbeda dengan bahasa lidah dalam 1 Korintus 14:4. Bahasa roh dalam 1 Korintus 4:14 tidak perlu ditafsirkan dan berguna untuk membangun dirinya sendiri dan oleh karenanya setiap orang percaya diberi karunia terkecil untuk bisa berbahasa roh sebagai karunia untuk membangun dirinya. Yudas 1:20b menganjurkan untuk setiap kita berdoa dalam bahasa roh (Baca Roma 8:26-27)

Tetapi walaupun tidak semua mempunyai karunia pengajaran, adalah benar bahwa semua orang “mengajar” dalam beberapa pengertian kata mengajar. Bahkan orang yang tidak pernah bermimpi mengajar di sekolah minggu akan membaca cerita Alkitab untuk anak mereka dan menjelaskan artinya. Benar, Musa memerintah bangsa Israel untuk melakukan hal persis seperti itu kepada anak-anak mereka (Ul. 6:7) yaitu menerangkan firman Tuhan selagi mereka duduk di rumah mereka atau di jalanan. Jadi kita harus berkata bahwa di satu pihak tidak semua orang punya karunia mengajar, tetapi di pihak lain kita harus berkata bahwa ada beberapa kecakapan umum sehubungan dengan karunia pengajaran yang dimiliki oleh semua orang Kristen. Satu cara lain untuk mengatakan hal ini bahwa tidak ada karunia Roh yang dimiliki semua orang yang percaya, namun ada beberapa kecakapan umum yang mirip dengan setiap karunia yang dimiliki orang Kristen. Kita dapat melihat ini dengan sejumlah karunia. Tidak semua orang Kristen punya karunia penginjilan tetapi semua orang Kristen punya kemampuan berbagi pengajaran dengan tetangga mereka. Tidak semua orang Kristen punya karunia penyembuhan tetapi meskipun begitu setiap orang Kristen dapat berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkan teman atau kerabat yang sakit.

Kita bahkan bisa mengatakan bahwa karunia-karunia lain seperti kenabian, tidak hanya bervariasi kekuatan antara mereka yang mempunyai karunia tersebut, tetapi juga menemukan suatu imbangan dalam beberapa kecakapan umum yang ditemukan dalam kehidupan setiap orang Kristen. Misalnya, jika kita memahami kenabian yaitu “menyampaikan yang dikatakan Tuhan dalam pikiran kita”, maka benarlah bahwa tidak semua orang memiliki karunia ini, karena tidak semua orang mengalami Tuhan memberitahu sesuatu secara spontan ke benak kita dengan kejelasan seperti itu dan mendorong dia dengan kuat untuk merasa bebas berbicara tentang hal-hal itu di antara sekelompok orang Kristen. Tetapi mungkin setiap umat pada suatu waktu atau waktu yang lain sudah mendapatkan suatu rasa bahwa Tuhan ingin kita mendoakan teman yang jauh atau menulis surat atau menelpon untuk memberikan dorongan bagi seseorang di tempat yang jauh dan kemudian mendapati bahwa hal itu memang yang dibutuhkan saat itu. Beberapa akan mengingkari bahwa Tuhan secara berkuasa membawa kebutuhan itu ke benak kita dengan cara yang spontan, dan walaupun ini tidak akan disebut karunia kenabian, ini adalah kemampuan umum untuk menerima petunjuk atau bimbingan khusus dari Tuhan yang mirip dengan apa yang terjadi dalam karunia-karunia kenabian, tetapi hal ini berlangsung pada level yang lebih lemah.

Inti dari seluruh diskusi ini adalah semata-mata untuk mengatakan bahwa karunia Roh tidak se-misterius dan “dari dunia lain” seperti anggapan orang. Banyak dari mereka hanya mengikuti intensifikasi atau contoh fenomena yang sudah berkembang pesat yang banyak dialami orang Kristen dalam hidup mereka sendiri. Inti penting lainnya yang ditarik dari diskusi ini adalah bahwa walaupun kita sudah diberi karunia-karunia oleh Tuhan, kita masih bertanggungjawab untuk memakainya secara efektif, dan untuk menumbuhkannya dalam penggunaannya sehingga gejala boleh menerima lebih banyak keuntungan dari karunia yang sudah dipercayakan Tuhan kepada kita.

 

5. Menemukan dan mencari karunia-karunia Roh. Paulus tampaknya mengasumsikan bahwa umat akan tahu apa karunia Roh mereka. Dia hanya mengatakan pada mereka yang ada di gereja di Roma untuk memakai karunia mereka dalam berbagai cara: ”Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita…..jika karunia untuk menasehati, baiklah kita menasehati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu hendaklah ia melakukannya dengan rajin, siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita” (Rom 12:6-8). Demikian halnya, Petrus hanya memberi tahu pembacanya bagaimana memakai karunia mereka, tetapi tidak berkata apapun tentang menemukan apa karunia-karunia itu: ”layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah (1 Petrus 4:10).

Tetapi bagaimana jika banyak anggota-anggota di gereja yang tidak tahu apa karunia Roh atau karunia Tuhan bagi mereka? Dalam kasus-kasus semacam itu, pemimpin gereja perlu bertanya apakah mereka menyediakan kesempatan-kesempatan yang cukup bagi berbagai karunia untuk dipakai. Walaupun daftar karunia-karunia diberikan dalam Perjanjian Baru tidak lengkap, daftar-daftar itu tentu saja menyediakan titik awal bagi gereja untuk bertanya kalau-kalau paling tidak ada kesempatan bagi karunia-karunia ini untuk dipakai. Jika Tuhan sudah menempatkan orang-orang dengan karunia tertentu di suatu gereja ketika karunia-karunia ini tidak didukung atau mungkin tidak boleh dipakai, mereka akan frustasi dan tidak penuh dalam pelayanan Kekristenan mereka, dan mungkin akan pindah ke gereja lain dimana karunia mereka dapat berfungsi untuk keuntungan gereja.

Di luar pertanyaan untuk menemukan karunia-karunia apa yang dimiliki seseorang adalah pertanyaan untuk mencari karunia-karunia Roh. Paulus memerintah orang-orang Kristen : “Usahakan dirimu untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama”. (1 Kor 12:31) dan kemudian berkata “kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat” (1 Kor 14:1). Dalam konteks ini, Paulus mendefinisikan apa yang ia maksud dengan karunia-karunia yang paling utama atau karunia-karunia yang lebih besar karena dalam 1 Korintus 14:5 ia mengulang kata yang ia pakai dalam 12:31 untuk “yang paling utama” (meizon-Yunani) ketika ia berkata “ia bernubuat lebih daripada berkata–kata dalam bahasa roh, kecuali seseorang menafsirkan, sehingga jemaat dapat dibangun” (1 Kor 14:5). Di sini karunia-karunia yang lebih besar adalah karunia-karunia yang paling memajukan gereja. Ini sejalan dengan kalimat Paulus beberapa ayat kemudian ketika ia berkata “kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih daripada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat” (1 Kor 14:12). Karunia-karunia yang lebih tinggi adalah karunia-karunia yang membangun jemaat dan membawa lebih banyak manfaat bagi yang lainnya. Tetapi bagaimana kita mencari lebih banyak karuia-karunia Roh? Pertama, kita sebaiknya minta pada Tuhan. Paulus berkata secara langsung bahwa “ia yang berbicara dalam bahasa roh sebaiknya berdoa supaya diberikan juga karunia untuk menafsirkan” (1 Kor 14:13; cf Yakobus 1:5; dimana Yakobus memberitahu orang-orang bahwa mereka sebaiknya meminta hikmat pada Tuhan). Kemudian, orang yang mencari karunia Roh sebaiknya mempunyai motivasi yang baik. Jika karunia-karunia Roh dicari hanya supaya orang bisa lebih menonjol atau lebih punya pengaruh atau kuasa, tentu saja ini salah di mata Tuhan. Ini adalah motivasi Simon si penyihir dalam kisah para Rasul 8:19 ketika ia berkata: ”berikan padaku juga kuasa ini, sehingga kepada siapapun aku menumpangkan tangan, ia boleh menerima Roh Kudus (lihat jawaban Petrus dalam ayat 21-22). Adalah membahayakan mengingini karunia Roh atau kedudukan tinggi dalam gereja hanya untuk kemuliaan dirinya, bukan untuk Tuhan dan untuk membantu yang lain. Karena itu, mereka yang mencari karunia-karunia Roh harus pertama-tama bertanya apakah mereka mencari karunia-karunia untuk mengasihi sesama dan demi kepedulian agar dapat melayani untuk kebutuhan mereka karena mereka yang tidak mempunyai kasih, tidak berarti di mata Tuhan ( 1 Kor 13:1-3).

Sesudah itu adalah tepat mencari kesempatan untuk mencoba karunia, seperti dalam kasus orang yang mencoba mencari karunianya, seperti yang diterangkan di atas. Akhirnya, mereka yang sedang mencari karunia-karunia tambahan sebaiknya terus memakai karunia yang sekarang mereka punyai dan sebaiknya menerima jika Tuhan memilih untuk tidak memberi mereka lebih. Tuan senang pada pelayan yang pundinya bertambah 10 mina lagi, tetapi mengutuk pelayan yang menyembunyikan minanya dalam sapu tangannya dan tidak melakukan apa-apa dengan mina tersebut (Lukas 19:16-17; 20-23). Tentu saja hal tersebut menunjukkan kepada kita bahwa kita mempunyai tanggung jawab untuk memakai dan mencoba untuk meningkatkan apapun talenta dan kemampuan yang sudah diberikan Tuhan kepada kita sebagai pelayan-pelayan-Nya. Kita sebaiknya menyeimbangkan hal ini dengan mengingat bahwa karunia-karunia Roh diberikan secara rata kepada masing-masing orang oleh Roh Kudus sesuai kehendak-Nya. (1 Kor 12:11), dan bahwa “Tuhan mengatur anggota-anggota dalam tubuh, masing-masing anggota, sesuai dengan kehendakNya” (1 Kor 12:18). Dengan cara ini Paulus mengingatkan umat di Korintus bahwa pada akhirnya pemberian karunia-karunia adalah wewenang Tuhan, dan untuk kebaikan gereja dan untuk kebaikan kita bahwa tak satupun dari kita memiliki semua karunia-karunia itu dan bahwa kita akan perlu terus menerus bergantung pada mereka yang memiliki karunia yang berbeda dari karunia yang kita miliki. Pertimbangan-pertimbangan ini mestinya memuaskan kita jika Tuhan memilih untuk tidak memberi kita karunia lain yang kita cari.

 

B. Sudahkah Beberapa Karunia Berhenti?

Dalam dunia penginjilan saat ini ada posisi yang berbeda atas pertanyaan-pertanyaan “Apakah karunia karunia yang tersebut dalam Perjanjian Baru masih berlaku untuk dipakai dalam gereja saat ini? Beberapa akan berkata “ya.” Yang lain akan berkata “tidak” dan akan berargumentasi bahwa beberapa dari karunia-karunia yang ajaib (seperti kenabian, bahasa roh dan penafsiran, dan mungkin penyembuhan dan pengusiran setan) hanya diberikan selama jaman para rasul, sebagai “tanda” untuk membuktikan awal pemberitaan Injil. Mereka pertama-tama mengatakan bahwa karunia-karunia ini tidak lagi diperlukan sebagai tanda-tanda sekarang ini dan bahwa hal itu berhenti pada akhir jaman apostolik, mungkin pada akhir abad pertama atau awal abad kedua Masehi.

Kita juga sebaiknya menyadari bahwa ada kelompok besar yang berada di tengah sehubungan dengan pertanyaan ini, kelompok Injili utama yang bukan Karismatik atau Pentakosta di satu pihak, bukan pula orang yang berpendapat karunia Roh sudah berhenti jaman dulu, ketika rasul wafat dan Injil diselesaikan, tetapi benar-benar tidak memutuskan dan tidak yakin apakah pertanyaan ini dapat dijawab dari Injil.

Banyak dari debat ini berpusat pada arti 1 Korintus 13:8-13 dimana Paulus berkata:

“Kasih tidak pernah berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap. Karena pengetahuan kita tidak sempurna, tetapi ketika yang sempurna datang, yang tidak di sempurna akan berlalu. Ketika aku kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena kita sekarang melihat dalam cermin suatu gambaran yang samr-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya adalah kasih”. (1 Kor 13:8-13).

 

1. Apakah 1 Korintus 13:8-13 mengatakan kepada kita kapan karunia-karunia mujizat akan berakhir? Tujuan bacaan ini untuk menunjukkan bahwa kasih adalah karunia besar seperti kenabian karena karunia-karunia tersebut akan berlalu, tetapi kasih tidak. Kita sebaiknya memahami “yang tidak sempurna” dalam ayat 10 untuk memasukkan bukan hanya kenabian tetapi juga karunia-karunia lain seperti bahasa-bahasa roh dan “pengetahuan” juga, karena hal-hal ini juga disebut dalam ayat 8 sebagai hal-hal yang akan berlalu. Kuncinya adalah kapan yang dimaksud oleh “ketika” dalam ayat 10: “ketika yang sempurna tiba, yang tidak sempurna akan berlalu”.

Beberapa yang mengatakan bahwa karunia-karunia ini sudah berhenti percaya bahwa frase ini mengacu pada waktu sebelum kembalinya Tuhan, seperti pada “ketika gereja mencapai kedewasaan penuh” atau “ketika Injil selesai diberitakan”. Meskipun begitu, arti ayat 12 tampaknya menyatakan bahwa frase ini berbicara tentang saat kedatangan Tuhan. Frase “melihat secara langsung” dipakai beberapa kali dalam Perjanjian Lama untuk mengacu pada melihat Tuhan secara pribadi, bukan secara penuh atau lengkap, karena tidak ada makhluk yang dapat melakukannya tapi meskipun begitu secara pribadi dan nyata. Maka ketika Paulus berkata “tetapi nanti aku akan berhadapan muka dengan muka” dan dia benar-benar bermaksud itu akan melihat Tuhan muka dengan muka”. Memang, itu akan menjadi berkat surga terbesar dan kebahagiaan terbesar sepanjang masa (Wah. 22:4 “mereka akan melihat wajahNya”). Kejadian ini dapat terjadi hanya ketika Tuhan datang. Selanjutnya, kalimat kedua dari ayat 12 berkata “sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”. Paulus tidak berharap memiliki pengetahuan tidak terbatas, tetapi malah ketika Tuhan datang dia berharap untuk dibebaskan dari pengertian yang salah dan ketidakmampuan untuk memahami (terutama untuk memahami Tuhan dan karyaNya) yang menjadi bagian dari hidup saat ini. Pengetahuannya akan menyerupai pengetahuan Tuhan akan diriNya karena tidak akan mengandung kesan yang salah dan tidak dibatasi oleh yang bisa di lihat pada masa ini. Tetapi pengetahuan seperti itu akan terjadi hanya ketika Tuhan datang.

Ini adalah saat yang disinggung pada ayat 10 ketika ayat itu berkata “ketika yang sempurna datang, yang tidak sempurna akan berlalu”. Ketika Yesus datang, “yang tidak sempurna” atau bagian cara-cara untuk mendapat pengetahuan tentang Tuhan akan berlalu karena jenis pengetahuan yang akan kita miliki dalam perwujudan akhir tentang semua hal akan membuat karunia-karunia yang tidak sempurna berlalu. Implikasi ini, meskipun begitu, bahwa sampai Yesus datang karunia-karunia seperti itu akan terus ada dan berguna bagi gereja di sepanjang usia gereja, termasuk hari ini, dan terus sampai saat kedatangan Yesus yang kedua.

Lebih lagi interpretasi ini tampaknya cocok dari seluruh tujuan bacaan tersebut. Paulus mencoba menekankan kebesaran kasih dan untuk menyatakan bahwa “ kasih tidak pernah berakhir” (1 Kor 13:8). Untuk membuktikan hal ini dia berargumen bahwa hal itu akan berlangsung melebihi batas waktu ketika Tuhan datang, tidak seperti karunia-karunia Roh saat ini. Ini menjadikan suatu argumen yang meyakinkan: kasih adalah begitu mendasar untuk rencana Tuhan bagi dunia sehingga kasih akan berlangsung melebihi perubahan abad ini ke abad datangnya Tuhan, kasih akan berlangsung selamanya. Akhirnya, peryataan yang lebih umum dari Paulus tentang tujuan karunia-karunia Roh dalam masa Perjanjian Baru mendukung interpretasi ini. Dalam 1 Korintus 1:17 Paulus mengikat karunia-karunia Roh (charismata, Yunani) bagi kegiatan-kegiatan penantian kedatangan Tuhan : “kamu tidak akan kekurangan karunia Roh, selagi kamu menunggu kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus”. Ini menunjukkan bahwa Paulus memandang karunia-karunia sebagai bekal sementara untuk melengkapi orang percaya untuk menginjil sampai Tuhan datang. Maka ayat ini menyediakan persamaan yang mirip bagi pemikiran-pemikiran dari 1 Kor 13:8-13, dimana kenabian dan pengetahuan (dan tanpa ragu bahasa-bahasa roh) dipandang berguna sampai kedatangan Kristus tetapi tidak perlu selebih waktu itu.

1 Kor 13:10, karena itu, mengacu pada saat kedatangan kembali Kristus dan berkata bahwa karunia-karunia ini akan berlangsung di antara orang percaya sampai saat itu ini berarti bahwa kita punya pernyataan Injil yang jelas. Bahwa Paulus berharap karunia-karunia ini berlanjut di sepanjang sejarah gereja dan berguna bagi gereja sampai Tuhan datang.

 

 

2. Apakah berlanjutnya kenabian sekarang ini menantang kelengkapan dari Injil?

 

Beberapa yang menganut pandangan “cessatoinist” berpendapat bahwa mengijinkan “demikianlah firman dari Tuhan” dari berlanjutnya ucapan-ucapan kenabian, efeknya, entah menambahi Injil atau menyamakan dengan Injil. Dalam kedua kasus, kelengkapan Injil itu sendiri akan ditantang, dan pada prakteknya, otoritas uniknya dalam hidup kita akan dalam bahaya. Meskipun begitu, saya sudah berargumentasi secara luas di tempat lain, bahwa kenabian gereja yang biasa dalam gereja-gereja Perjanjian Baru tidak mempunyai otoritas Injil. Hal itu tidak diucapkan dalam kata-kata yang benar-benar firman Tuhan, tetapi semata-mata dalam kata-kata manusia. Dan karena hal tersebut punya otoritas yang lebih kecil tidak ada alasan untuk berpikir bahwa hal itu tidak akan berlanjut dalam gereja sampai Kristus tiba. Hal itu tidak mengancam atau menyaingi Injil dalam otoritas tetapi tunduk pada Injil, begitu juga pada penilaian yang dewasa dari gereja.

Keberatan yang lain kadang timbul pada poin ini. Beberapa akan beralasan, bahkan jika mereka yang memakai karunia kenabian saat ini berkata bahwa hal itu tidak sebanding dengan Injil dalam otoritas, kenyataannya hal itu berfungsi dalam hidup mereka untuk bersaing bahkan untuk menggantikan Injil dalam memberi bimbingan sehubungan dengan kehendak Tuhan. Karena itu, kenabian saat ini, dikatakan, menantang doktrin kelengkapan Injil untuk membantu hidup kita.

Di sini harus kita akui bahwa banyak kesalahan dibuat dalam sejarah gereja. Tetapi dalam diskusi ini pertanyaannya mestinya “apakah ada penyalahgunaan dalam berfungsinya karunia kenabian?” Jika kita berargumen bahwa kesalahan dan penyalahgunaan yang terjadi bagi suatu karunia membuat karunia itu sendiri cacat, maka kita akan harus menolak ajaran kitab suci (karena banyak guru-guru Alkitab sudah mengajarkan kesalahan dan memulai kultus-kultus) dan peraturan gereja (karena banyak pemimpin gereja sudah menyesatkan orang) dan seterusnya. Untuk penyalahgunaan suatu karunia tidak berarti bahwa kita harus melarang penggunaan karunia yang benar tersebut, karena bukan berarti bahwa semua penggunaan pasti penyalahgunaan.

 

3. Apakah karunia-karunia mujizat hanya menemani pemberian Injil baru?

Keberatan yang lain adalah untuk menyatakan bahwa karunia-karunia mujizat menemani pemberitaan Injil dan karena tidak ada Injil yang diberikan sekarang, kita sebaiknya berharap tidak ada mujizat sekarang ini.

Tetapi menanggapi hal itu, dikatakan bahwa hal ini bukan satu-satunya bahkan tidak juga tujuan utama dari karunia mujizat. Mujizat-mujizat mempunyai tujuan dalam Injil:

  1. Membuktikan kebenaran isi pesan Alkitab di sepanjang sejarah gereja.
  2. Membantu mereka yang membutuhkan, dan karenanya menunjukkan pengampunan dan kasih Tuhan.
  3. Melengkapi orang untuk penginjilan.
  4. Mengagungkan Tuhan

Kita sebaiknya juga mencatat bahwa tidak semua mujizat menemani pemberian Injil tambahan. Contoh, dalam penginjilan Elia dan Elisa ditandai oleh beberapa mujizat dalam Perjanjian Lama, tetapi mereka tidak menulis buku atau bagian dari Alkitab yang tidak diiringi oleh pemberian Alkitab. Stefanus dan Filipus dalam kitab kisah para Rasul melakukan mujizat-mujizat tetapi tidak menulis Injil. Ada nabi (dalam Perjanjian Baru) yang tidak menulis Injil di Kaisarea (Kis 21:4) dan Tirus (Kis 21:9-11) dan Efesus (Ef 4:11) dan masyarakat kepada siapa I Yohanes di tulis (1 Yoh 4:1-6). Jelas ada banyak mujizat dalam gereja-gereja Galatia (Gal 3:9) dan Yakobus berharap bahwa penyembuhan akan terjadi pada tangan-tangan para penatua di semua gereja-gereja yanga ia kirimi surat (lihat Yakobus 5:14-16).

 

4. Apakah berbahaya bagi gereja untuk mengijinkan kemungkinan penggunaan karunia-karunia mujizat sekarang ini? Keberatan akhir dari pihak cessationist adalah untuk mengatakan bahwa gereja yang menekankan pemakaian karunia-karunia mujizat ada dalam bahaya menjadi tidak seimbang dan akan cenderung mengabaikan hal-hal penting lainnya seperti penginjilan, doktrin-doktrin yang aman dan moralitas kemurnian hidup.

Untuk mengatakan bahwa pemakaian karunia-karunia mujizat adalah berbahaya adalah bukan suatu kritik yang cukup, karena beberapa hal yang benar juga berbahaya paling tidak pada beberapa hal. Pekerjaan misionari berbahaya, menyetir mobil berbahaya. Jika kita mendefinisikan “berbahaya” berarti “sesuatu mungkin jadi salah “lalu kita dapat mengkritik apapun yang seseorang kerjakan sebagai “hal berbahaya” dan hal ini menjadi kritikan untuk semua tujuan dimana tidak ada penyalahgunaan tertentu untuk dituduhkan. Pendekatan yang lebih baik sehubungan dengan karunia-karunia Roh adalah untuk bertanya, “apakah karunia-karunia yang sedang dipakai sejalan dengan Injil?” dan “apakah langkah-langkah yang cukup sudah diambil untuk berjaga-jaga agar tidak disalahgunakan?”

Tentu saja benar bahwa gereja dapat jadi tidak imbang, dan berapa gereja sudah melakukannya. Tetapi tidak semuanya mau melakukannya. Lebih jauh lagi karena alasan ini berdasar pada hasil-hasil aktual dalam kehidupan suatu gereja, adalah tepat untuk bertanya gereja-gereja mana di dunia sekarang ini yang punya penginjilan paling efektif? Yang mana paling memiliki pemberian korban di antara anggotanya? Yang mana yang pada kenyataannya punya penekanan terhadap kemurnian hidup paling besar? Yang mana punya kasih paling dalam pada Tuhan dan firmanNya? Karena sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan jelas, saya rasa kita tidak dapat dengan adil berkata bahwa gereja-gereja Kharismatik dan gerakan-gerakan Pentakosta sedikit banyak lebih lemah dalam hal-hal ini daripada gereja-gereja Injili lainnya. Kenyataannya, dalam beberapa hal mereka bisa jadi lebih giat dalam hal-hal ini. Intinya hanyalah bahwa argumen apapun yang berkata bahwa gereja yang menekankan karunia-karunia mujizatnya akan menjadi tidak imbang tidak terbukti dalam praktek sebenarnya.

 

5. Catatan akhir: Cessationist dan Karismatik saling memerlukan. Akhirnya, dapat dijelaskan bahwa mereka yang ada di pihak Kharismatik dan Pentakosta, dan mereka yang ada di pihak Cessationist (terutama orang Kristen pembaruan dan dispensasional) benar-benar saling memerlukan dan mereka akan berbuat baik untuk saling menghargai. Yang karismatik cenderung untuk membuat pengalaman pemakaian karunia Roh yang lebih praktis dan dalam vitalitas puji-pujian yang dapat dimanfaatkan Cessationist, jika mereka mau belajar. Di lain pihak, Cessationist secara tradisional sudah sangat kuat dalam memahami doktrin Kristen dan pemahaman pengajaran Injil yang dalam dan akurat. Karismatik dan kelompok-kelompok Pentakosta dapat belajar banyak dari mereka, jika mereka bersedia. Tapi tentu saja tidak akan berguna bagi gereja jika kedua belah pihak berpikir mereka tidak dapat saling belajar, atau bahwa mereka tidak mendapatkan keuntungan dari persekutuan dengan pihak lain.

 

 

 

“Bible Doctrin” by Wayne Grudem