KEPEMIMPINAN GEREJA

KEPEMIMPINAN GEREJA

A.     PENGERTIAN GEREJA

Matius 16:18             Dan Akupun berkata kepadamu: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku [ekklesia] dan alam maut tidak akan menguasainya”

Istilah Gereja berasal dari kata ekklesia [Yun.], yang terdiri dari kata ek artinya “keluar dari’ dan kaleo artinya to call – memanggil/dipanggil. Dari kedua arti kata tersebut Ekklesia atau ‘gereja diartikan kumpulan yang dipanggil keluar”.

B.     FIGUR GEREJA

Gereja yang dinyatakan Tuhan Yesus dalam Matius 16:18 tidak menunjuk pada gereja lokal, tetapi gereja universal. Ada sejumlah figur yang dinyatakan dalam PB untuk menggambarkan Gereja sebagai organisme yang hidup.

    1. Tubuh. Kristus sebagai Kepala Gereja [Ef.1:22-23; Kol.1:18].

Gereja adalah satu tubuh Kristus [1 Kor.12:13; Ef.2:16; 4;4,12,16; Kol.2:19; 1 Kor.10:16-17].

    1. Mempelai Wanita [Ef.5:23; Wahyu 19:7-9].
    2. Bangunan [Ef.2:11-21; 1 Pet.2:5]
    3. Keluarga [Ef.2:19]
    4. Kawanan Domba [Yoh.10:16; Kis.20:18; 1 Pet.5:3]
    5. Ranting Anggur [Yoh.15:1-8]
    6. Laskar [Ef.6:10-18; 2 Tim.2:3-4]

C.     FUNGSI GEREJA

Fungsi atau tugas pokok Gereja adalah:

    1. Marturia [Kesaksian]
    2. Didaskalia [Pengajaran]
    3. Diakonia [Pelayanan Kasih]
    4. Koinonia [Persekutuan]
    5. Pastoralia [Penggembalaan]
    6. Oikonomia [Penatalayanan]
    7. Liturgi [Ibadah]

D.    TUJUAN GEREJA

Pada dasarnya tujuan akhir Gereja didirikan di bumi ini oleh Tuhan Yesus adalah untuk mendatangkan Kerajaan Allah di bumi [Mat.6:10] supaya semua orang bertobat dan diselamatkan [2 Pet.3:9]. Sebelum melakukan hal ini gereja diperlengkapi dan dibentuk dalam iman, karakter dan karunia. Hal ini telah tercakup dalam Fungsi Gereja.

Tujuan gereja ini secara representatif dituangkan ke dalam visi gereja lokal. Visi untuk masing-masing jemaat bisa berbeda sesuai dengan penyataan yang diterima oleh seseorang [Gembala/Rasul/Nabi] dari Tuhan. Penggembalaan dimaksudkan untuk mengarahkan jemaat pada visi. Pemahaman jemaat terhadap tujuan atau visi gereja akan memudahkan pemimpin dalam melaksanakan penggembalaan.

E.      KEPEMIMPINAN GEREJA

1. Sifat Kepemimpinan

Ibrani 13:7,17 menyebut pemimpin-pemimpin dalam gereja lokal. Penerapan tentang penafsiran kepemimpinan di beberapa gereja mengalami perbedaan dalam hirarki dan otorisasi gereja. Dari penjelasan berikut ini mungkin kita bisa melihat dari perspektif yang sama. Kita tahu Pemimpin Tertinggi Gereja adalah Tuhan Yesus Kristus. Dia lah Kepala Gereja. Dalam gereja mula-mula, dimana Kekristenan masih dalam masa perkembangan dan pertumbuhan, gereja-gereja lokal di atur oleh rasul-rasul Tuhan. Dalam hal permasalahan dan konflik baik mengenai doktrin dan peraturan diputuskan bersama oleh para Rasul. Sebagai contoh adalah kasus sunat dan makan persembahan berhala  ditetapkan oleh sidang para Rasul dan Penatua di Yerusalem [Kis.15:6,7]. Meskipun rasul-rasul dan penatua-penatua yang bersidang, agaknya ada seorang yang selalu menjadi pemimpin di antara mereka yaitu Petrus [ayat 7]. Yakobus mengucapkan kembali perkataan Petrus yang menyebutnya Simon [ayat 14]. Jadi meskipun ada beberapa orang sebagai pemimpin [rasul-rasul dan penatua-penatua] tetapi ada satu orang yang menjadi pemimpin yang sekarang biasa disebut dengan Gembala Sidang dan sepertinya Yakobus adalah salah satu dari pemimpin di antara pemimpin-pemimpin tersebut. Hal ini sesuai dengan Galatia 2:9 yang mengatakan bahwa Yakobus, Kefas [Petrus] dan Yohanes adalah sokoguru jemaat. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus bahwa “Kepadamu Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” [Matius 16:19]; ini dapat diartikan bahwa Petrus diberikan otoritas tertinggi dalam jemaat yang didirikan Tuhan. Hal ini kemungkinan karena Petrus memenuhi kristeria-kriteria tertentu yang dikehendaki Yesus dan ia berhasil menjawab pertanyaan Yesus bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup. Lihat juga dalam Yoh.21:15-19 yaitu bahwa Petrus-lah yang diperintahkan Tuhan untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Namun setelah Gereja berkembang dengan sangat pesat kepemimpinan gereja yang sentralistik di Yerusalem mengalami banyak kesulitan.  Oleh karena itu dalam sebuah gereja lokal (di kota-kota lain) juga ditetapkan seorang pemimpin di antara penatua-penatua yang ada dalam jemaat tersebut. Rasul Paulus agaknya menetapkan Timotius sebagai Gembala Sidang dalam Gereja Efesus [2 Tim.1:18]. Syarat-syarat tentang penatua-penatua dan diaken-diaken [1 Tim.3:1-16] juga diberikan Rasul Paulus melalui surat kepada Timotius yang menguatkan bahwa ia adalah Gembala Sidang di Efesus.  Pesan Rasul Paulus dalam 1 Tim.5:17-20 untuk menegor penatua yang berbuat dosa conform bahwa Timotius diangkat/memiliki jabatan sebagai Gembala Sidang.

Jadi otoritas tertinggi dalam gereja lokal seharusnya ada pada satu orang Gembala, bukan kepemimpinan bersama. Baru setelah itu ada otoritas bertingkat di bawahnya yang ditetapkan Gembala Sidang sebagai Wakil Gembala. Dibawahnya lagi bisa ditetapkan koordinator-koordinator yang mengurusi bidang-bidang tertentu dalam orgniasasi gereja di bawah wakil-wakil gembala. Meskipun demikian, ini tidak sama dengan sistem pemerintahan gereja episcopal yang menetapkan otoritas tertinggi ada di tangan bishop [Paus] sebagai pengganti rasul-rasul. Ini lebih mengarah pada prinsip kepemimpinan Alkitabiah. Ada faktor percampuran antara sistem pemerintahan Episcopal, Congregational [otonomi dan demokrasi] dan Presbyterian [Kepenatuaan/Majelis], meskipun tampaknya cenderung ke Episcopal. Mengenai lima jawatan yang tertulis dalam Efesus 4:11, hal itu berbicara mengenai kepemimpianan fungsional dan bukan struktural. Karunia 5 jawatan adalah karunia yang dianugerahkan dalam jemaat agar dapat berfungsi dengan benar sesuai dengan karunia yang menjadi bagiannya masing-masing. Jadi bukan berbicara mengenai otoritas struktural [jabatan] dalam gereja lokal, tetapi lebih mengarah ke fungsional. Namun begitu biasanya dapat diterima bahwa karunia rasul memiliki otoritas yang tertinggi di antara kelima jawatan tersebut, seperti halnya pada jemaat mula-mula. Dalam fungsinya kelima jawatan itu: rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil dan gembala-gembala serta pengajar-pengajar, harus bekerja sesuai dengan bagiannya masing-masing [ayat 16] bersama-sama dengan seluruh jemaat. Masing-masing jawatan itu disebut secara jamak yang artinya bisa lebih dari satu. Jika orang dengan karunia rasulnya jumlahnya banyak maka tetap ada seorang (karunia rasul) sebagai pemimpin di antara orang-orang yang berkarunia rasul itu dan sekaligus sebagai pemimpin seluruh jemaat. Contoh rasul Petrus memimpin di antara rasul-rasul lain dan bisa diartikan Yakobus dan Yohanes sebagai wakilnya (meskipun tidak demikian kenyataan pada saat itu).

Adapun fungsi masing-masing karunia 5 Jawatan ini adalah :

  1. Rasul           : Govern-memerintah/mengatur/meletakkan dasar
  2. Nabi            : Guide-memimpin/menuntun/penunjuk jalan
  3. Gembala     : Guard-menjaga
  4. Pengajar     : Grow-menumbuhkan
  5. Penginjil     : Go & Spell – pergi dan Beritakan

2. Tujuh Dasar Kepemimpinan Gereja

 

1)     Otoritas /Authority

Orang lain perlu menanggapi kepemimpinan anda -Keluaran 4 : 1 – 5.

Tugas dan wewenang pemimpin rohani diberikan oleh Allah dan ia bertanggung- jawab terhadap Allah. Seorang pemimpin rohani bertindak dan berbicara sesuai dengan batas kewenangannya dan bukan bergerak berdasarkan perasaannya bahwa ia memiliki otoritas atau ia harus dihormati, dan juga bukan ingin menguasai atau memerintah jemaat untuk menunjukkan otoritasnya.

2)     Teladan/Example

Orang lain perlu dapat belajar dan bergantung pada kepemimpinan anda. Matius 5 : 13 – 16 ; Titus 2 : 7; 1 Tim. 4:12; Tim. 3 : 10, 13; 1 Pet 5 : 3.

Kredibilitas dan integritas pemimpin akan dinilai oleh seluruh jemaat dan cenderung ditiru. Oleh karena itu moralitas dan karakter yang sudah memenuhi standar pemimpin harus ada dalam setiap aspek kehidupannya, baik di dalam keluarga, masyarakat maupun dalam jemaat.

3)     Kemampuan/Ability

Anda perlu cakap dalam melakukan tugas kepemimpinan

Keluaran 18 : 21; Mazmur 78 : 72

Dalam kepemimpinan perlu adanya karunia khusus sebagai pemimpin (Roma 12:8). Aspek kepemimpinan didasarkan pada kehidupan pribadi seseorang di dalam rumah tangganya maupun di masyarakat. Contoh dalam 1 Tim. 3:4,5,12 menunjuk pada cara seorang ayah mengurusi anak-anaknya. Karunia kepemimpinan mempunyai arti mengatur, mengelola dan karunia administrasi yang juga disebut”pemerintahan” (1Kor. 12:28)

4)     Motivasi/Right Motive

Anda perlu mengetahui mengapa anda menjadi pemimpin.

I Tesalonika 2 : 3,4; 1 Timotius 1 : 18,19; Kolose 3 : 23; 1 Petrus 5 : 2.

Keinginan untuk mendapatkan otoritas adalah hal yang sering terjadi dan selalu membuat perpecahan dalam jemaat. Posisi dan jabatan pemimpin tidak lebih ditekankan pada otoritasnya tetapi karena pelayanannya terhadap orang lain. Keinginan untuk memperoleh otoritas yang tertinggi, keinginan untuk menguasai, keinginan untuk dihormati, keinginan akan uang dan ketenaran sering kali membuat seseorang yang berpotensi mengalami kegagalan.

5)     Visi/Vision

Anda perlu mengetahui kemana arah kepemimpinan anda.

Amsal 29 : 18 a ; Amos 3 : 7; Mazmur   127 : 1a; Nehemia 2 : 11 – 20

Tujuan dan sasaran dalam suatu jemaat sangat diperlukan agar kita lebih     bersemangat  dan  memiliki hasrat yang kuat  untuk  mewujudkannya.  Visi pribadi

seorang pemimpin dan visi yang ditaruh Tuhan untuk jemaat hendaknya berjalan dalam keselarasan dan keseimbangan. Bagaimanapun juga kita dipanggil untuk mengasihi dan menolong banyak orang. Dalam mencapai visi harus ada strategi yang baik, motivasi yang murni, hasrat yang kuat serta iman, ketaatan dan kesetiaan  untuk mewujudkannya. Visi yang benar berasal dari Tuhan dan bukan karena keinginan atau ambisi pemimpin.

6)     Komunikatif/Communicative

Orang lain harus dapat memahami apa yang anda katakan.

Efesus 4 : 29; 1 Timotius 4 : 13 – 16.

Seorang pemimpin harus selalu melakukan komunikasi dengan Allah melalui doa. Jika tidak, maka akan terasa dampaknya pada komunikasi dengan sesama. Bercakap-cakap dengan Allah selalu lebih penting dari berkata-kata dengan orang lain. Para pemimpin juga tidak dapat memimpin secara efektif tanpa berkomunikasi di segala tingkat. Seorang pemimpin tidak dapat mengasingkan diri atau bersikap eksklusif dari orang-orang yang harus ia pimpin. Komunikasi dengan mereka sekaligus berarti ia membutuhkan dukungan dan keikutsertaan mereka. Tanpa anggota, anda tidak dapat menjadi pemimpin.

7)     Kasih /Love

Anda perlu memperhatikan orang lain disekitar anda.

Matius 20 : 26 – 28; Lukas 22 : 26; Yohanes 15 : 12 , 13

Kepemimpinan Kristen selalu berhubungan dengan kasih. Mengasihi orang lain selalu lebih sulit dibandingkan dengan mendengar perintah untuk mengasihi. Karakter yang sudah terbentuk melalui berbagai proses dan waktu seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak banyak menuntut dan tidak terlalu sibuk akan sangat menunjang dalam mengasihi orang lain. Tidak memegahkan diri, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak cemburu, murah hati, panjang sabar adalah kasih dan seorang pemimpin dituntut untuk memilikinya.

Leave a comment